Tuesday, December 25, 2007

Satu Atap Dua Cinta

Satu Atap Dua Cinta. Ya, Satu ungkapan yang cukup menggelitik. ini memang merupakan judul salah satu tontonan sinetron di salah satu televise swasta TPI, yang ditayangkan di hari Selasa malam, (25/12) yang lalu. Awalnya aku tak tertarik dengan tontonan ini, karena aku berpikir bahwa pastilah acara ini gak beda jauh dengan tontonan sinetron lainnya.

Setelah pencet-pencet tombol remote, cari channel siaran yang bagus, kok ternyata acaranya nggak gitu bagus semua. Ya, sudahlah, akhirnya, iseng-iseng aku coba simak tontonan ‘satu atap dua cinta “ di TPI ini. Sinetron ini bercerita tentang romantika kehidupan pasangan suami istri dan anak-anaknya. Seperti umumnya tontonan sinetron Indonesia, pastilah tak lepas juga dari bumbu-bumbu adegan melankolis, pelukan, tangisan, rengekan bahkan tarian sambil nyanyi ( mungkin sinetron ini , niru film-film India juga kali ya..?).

Yang jelas, dari menyimak tontonan ini, saya ingin sedikit berbagi cerita dengan temen-teman semua, saya berharap kita semua dapat memetik hikmah dibaliknya. Bersyukurlah terhadap apa yang sudah kita terima! karena kebahagiaan tidak dapat diukur hanya dari materi semata. Keutuhan keluarga jauh lebih penting dari apapun juga.

Nah, pengin tahu ceritanya.? Berikut saya tuliskan cuplikan cerita tersebut.

Sang suami sebutlah namanya “Aryo” sebetulnya adalah tipikal suami yang setia, yang mencintai keluarga dengan sepenuh hatinya. Dia juga seorang pekerja kantoran yang pantang menyerah dan selalu berprinsip pada “kejujuran” dalam berusaha. Sementara si Istri, sebutlah “ Bella” adalah ibu rumah tangga biasa, yang tiap harinya berkutat dengan rutinitas pekerjaan rumah tangga. Sementara sang anak, masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sama seperti layaknya keluarga muda yang lain, tuntutan kebutuhan sehari-hari juga meningkat. Dan sebenarnya ini bukan hal yang serius bagi si suami, karena toh sebetulnya kebutuhan pokok sehari-hari keluarganya, sudah tercukupi dari dari penghasilannya sebagai seorang pegawai, meski terus terang, rumah masih ngontrak. Yang menjadi masalah adalah tuntutan sang istri. Tiap hari sang istri terus mencela sang suami, kenapa belum bisa beli rumah, kenapa belum bisa beli mobil? Sementara kok teman-teman yang lainnya sudah memiliki semuanya.

Sementara itu, sang boss-nya si suami, sebut aja pak Erwin, punya keponakan cewek cantik dan tajir abis, yang mo datang ke Jakarta dari Amerika.Namanya “Sinta”. Nah, si Aryo tuch akhirnya disuruh ama bossnya untuk jemput ponakannya ke bandara. Akhirnya berkenalanlah si Sinta dengan si Aryo. Kalau kenalan sekali, terus gak ketemu lagi, mungkin gak jadi masalah. Celakanya, si Sinta ternyata balik ke Jakarta, untuk bantuin pak Erwin, si omnya itu. Dan yang lebih celaka lagi, si Sinta ini ternyata “jatuh cinta” setengah mati sama si Aryo. Padahal si Aryo mah cuek-cuek aja. Bebek aja kalah cueknya. Dan Sinta pun terus berusaha dengan berbagai cara untuk memikat Aryo. Apalagi mereka berdua satu kantor.

Satu ketika, pas menjelang hari ultah perkawinan mereka, sang istri Bella berencana memberikan satu kado istimewa buat sang suami, si Aryo. Berbelanjalah dia di satu toko elektronik untuk beli walkman. Eh kok ya kebetulan banget, si Sinta juga lagi belanja kado untuk dikasihkan juga ke si Aryo. Namanya juga sinetron. ya nggak .:), si Sinta maunya juga beli walkman. Karena sang “sutradara” sinetron udah ngatur walkmannya cuma tinggal satu dan dah dibeli lagi ama Bella. Akhirnya si Sinta, yang ngeliat si Bella bawa walkman, mendekati dan nawar untuk beli balik walkman tersebut. Ditawarilah si Bella uang 5 Jt sebagai ganti walkman itu. Ngomong-omong walkman apaan ya harganya 5 jt gitu..:)

Nah, sama si Sinta, walkman itu dikasihkanlah ke si Aryo. Dan sepulang kantor, tanpa dilihat-lihat dulu, walkman itu di stel oleh Aryo berdua ama istrinya Bella. Alamak, celaka!, ternyata isinya pengakuan blak-blakan dari si Sinta , kalau dia tuch sangat mencintai Aryo dengan setulus hati. Marahlah si Bella sang istri. Dia tuduhlah sang suami telah selingkuh dengan Sinta.

Saking marahnya si Bella, ditemuilah si Sinta di satu tempat. Dia tanya apa maunya,? kenapa gangguin suaminya? dan kenapa harus suaminya? Sementara masih banyak laki-laki (jomblo..) lainnya?

Dengan enteng, si Sinta menjawab,” aku mencintai suamimu, dan ijinkan aku berbagi denganmu”. Alamak, emang kue kali ya. Bisa dibagi-bagi…J

Tentu saja, si Bella marah besar dan sangat sewot mendengar ucapan si Sinta. Bahkan saking sewotnya, si Sinta sempat dia tampar. Tapi anehnya, si Sinta tak marah sedikitpun walau ditampar oleh Bella. Dengan dingin dan cuek, malah Sinta nawarin “kompensasi 5 M “ untuk bisa berbagi dengan Bella. Bella diam aja, bisikan hatinya berkata “wah boleh juga nih tawaran”. Kapan lagi bisa kaya mendadak. Tapi kayaknya 5 M masih kurang. Sinta yang melihat perubahan raut muka Bella, segera menyahut lagi. OK, aku tambahin jadi 10 M, gimana? Dengan enteng Bella mengangguk, tanda menyetujui kesepakatan itu.

Yang kaget tentu saja, sang suami si Aryo. Aryo yang sudah sekuat tenaga berupaya menghindari dan menolak Sinta, kok tiba-tiba disuruh istrinya, untuk mengawini Sinta alias dikasih restu untuk “poligami”. Sebagai suami yang sangat sayang dengan keluarganya, tentu saja Aryo menolak. Dia merasa harga dirinya sebagai seorang kepala keluarga telah “digadaikan”. Tapi apa daya, sang istri terus mendesaknya, dengan alasan kebutuhan sekolah anak-anaknya yang terus meningkat dan tentu saja rumah tinggal yang sudah semakin mendesak. Apalagi ditambah dengan desakan mertua laki-lakinya ( yang juga mata duitan).

Akhirnya kawinlah Aryo dan Sinta. Mereka semua termasuk Bella dan kedua anak mereka, tinggal dalam satu rumah mewah, lengkap dengan berbagai perabotan modern, mobil, sopir dan tentu saja pembantu, yang semuanya itu dibiayai oleh Sinta. Sinta tinggal di lantai bawah, sementara Bella dan kedua anaknya tinggal di lantai atas. Sedangkan si Aryo, masih berupaya menunjukkan harga dirinya dengan tinggal di lantai atas dan berusaha menjaga jarak dengan Sinta, sekalipun dirinya sadar bahwa dia sudah dibeli oleh Sinta - yang sebenarnya sangat tulus mencintainya.

Dari hari ke hari , banyak sekali perubahan yang terjadi di rumah itu. Bella sibuk, dan sangat mabuk dengan kenikmatan harta yang baru diperoleh dari Sinta ini. Tiap hari pekerjaannya hanya kongkow dan ngurimpi dengan teman-temannya. Dan yang paling parah, dia mulai melupakan tugas utamanya sebagai seorang ibu dari dua anak, yang sedang membutuhkan perhatian. Dia mulai cuek dengan kedua anaknya. Sebaliknya, Sinta yang memang sejak awal tulus mencintai Aryo, berusaha dengan sabar meluluhkan hati Aryo, dengan perhatian dan kasih sayang, termasuk memberikan kasih sayang yang tulus bagi kedua anak-anak Aryo. Akhirnya lambat namun pasti, si Aryo mulai luluh dengan ketulusan dan kelembutan Sinta. Apalagi melihat kedekatan anak-anaknya dengan Sinta, yang semakin hari semakin rapat. Sebaliknya, Aryo juga semakin merasakan adanya jarak antara dirinya dengan istri pertamanya si Bella.

Lambat namun pasti, terjadi pergantian peran. Sinta yang awalnya hanya ibu tiri bagi kedua anak-anak Aryo, berubah seolah-olah menjadi ibu kandung. Sdebaliknya, Bella yang sebenarnya merupakan ibu kandung, justru terlihat seperti ibu tiri bagi kedua anaknya. Malang bagi Bella, kedua anak dan suaminya akhirnya justru semakin terlihat mesra dengan Sinta. Dan disitu, baru munculah kesadaran dari Bella, bahwa ternyata gelimangan harta yang dia nikmati tersebut, tidaklah sebanding dengan kebahagiaan untuk dapat selalu berkumpul dengan anak-anak dan suaminya, sebagaimana yang dulu pernah dia rasakan. Di situ, baru dia sadar bahwa ternyata dia telah membuat satu kekeliruan besar yaitu menggadaikan kebahagiaan keluarga hanya demi harta, supaya dapat hidup enak. Weleh-weleh..weleh… begitulah sinetron. Tapi aku yakin dan percaya, bahwa cerita seperti itu, bukan mustahil banyak terjadi di kota Jakarta ini dan mungkin juga di kota-kota besar lainnya. Gimana dengan pendapat teman-teman semua?

–HW-

3 comments:

Alan Rizayanto said...

Enak banget ya jadi Aryo... Gue mau tuh. :-)

Unknown said...

saya mau tanya, anda tau soundtrack lagu film itu tidak?
makasih, saptaadji.k@gmail.com

Unknown said...

Tabah