Saturday, January 17, 2009

Tes

Tes
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network

Tuesday, January 15, 2008

Nge-blog Dengan XLBlackBerry Yuk !

Tak dapat disangkal, demam pemakaian BlackBerry sudah mulai menjalar kemana mana, terutama bagi komunitas bisnis yang membutuhkan media berkomunikasi yang efektif. Bagi komunitas bisnis tersebut, BlackBerry sudah sudah bukan barang yang aneh lagi. Ia menjadi segal-galanya. Ibaratnya "benda mungil" ini sudah menjadi istri pertama, mengalahkan "istri sebenarnya". Kemanapun dia pergi, benda ini harus selalu berada di dekatnya. Dia sudah menjadi semacam "candu", karena penggunanyapun sudah demikian terang-terangan menyatakan " I'm Addicted by BlackBerry ", seperti yang diungkapkan oleh beberapa temen-temenku pengguna BlackBerry, termasuk temanku Mas Warih , yang dijuluki oleh temen-temen di tempat kerjaku sebagai Mr. BlackBerry.

Apa sih sebenarnya yang membuat orang sampai menjadi kecanduan dengan BlackBerry? Kalau pertanyaan ini dialamatkan ke para pengguna BlackBerry, maka akan muncul lebih dari seribu daftar alasan kenapa mereka menjadi demikian terpesona dengan BlackBerry. Mulai dari model handsetnya yang sudah mulai stylish mengikuti perkembangan, tingkat keamanan data, sistem kompresi data, layanan push emailnya, kemampuan membuka berbagai jenis attachment, sampai harga layanan/service BlackBerry nya sendiri yang sudah mulai terjangkau.

Yang jelas, berbagai kelebihan BlackBerry diatas itulah yang membedakan BlackBerry dengan layanan push email dari smart phone lainnya. Di lihat dari sisi pengguna, memang harus diakui bahwa pengguna layanan BackBerry saat ini masih terbatas pada kalangan tertentu. Terbatasnya pemakai BlackBerry pada kalangan tertentu ini, menurut aku sebenarnya bukan karena BlackBerry kalah fiturnya dibandingkan dengan jenis smart phone lainnya, tetapi lebih dikarenakan orang yang belum tahu banyak mengenai BlackBerry sendiri termasuk fitur-fitur yang dimilikinya, padahal kalau dah pada nyobain, ditanggung deh "mak nyuusss" bakal ketagihan. Dah banyak lho contohnya, termasuk aku he...he...!

Salah satu kelebihan BlackBerry, yang aku pengin coba bagi pengalaman dengan temen-temen adalah layanan push emailnya, yang bisa dimanfaatkan untuk "Mobile Blogging" bagi para blogger. Kemarin, aku sudah iseng-iseng coba layanan BlackBerry ini untuk memposting cerita atau tulisan di blogku ini, dan seperti yang kamu lihat. Tokcer, dan top bgt banget deh... Dengan langsung melakukan compose email, bikin materi textnya dan masukkan attachment photonya terus kirim emailnya ke mobile blogger. Wessss... gak sampai 2 menit, materi text berikut photo atau imagenya dah terpampang di blogku deh. Dan tahu nggak untuk bikin real time update blog dengan BlackBerry ini, caranya gampang banget kok, tinggal ngatur settingannya aja di Blog kita.

Memang harus diakui kalau untuk melakukan mobile blogging ini, bisa lewat sms ataupun menggunakan smart phone lainnya. Tapi harus diingat, kalau kita pengin melakukan update blog kita dengan sms ataupun dengan smart phone lainnya secara berulang-ulang, berapa duit yang harus kita keluarkan.? Berani taruhan, pasti akan sangat mahal alias gak efisien terutama bagi yang kantongnya pas-pasan. So, kalau menurut aku tetep aja BlackBerry yang paling OK, apalagi kalau menggunakan layanan XL BlackBerry. Dengan hanya berlangganan Rp. 199.000 sebulan, kita bisa melakukan push email, meng-update blogging, bahkan browsing berulang-ulang sampai bosen, tanpa khawatir dikasih tagihan, yang bikin jantung copot. Jadi kemanapun, dan dimanapun dengan adanya dukungan cakupan jaringan layanan XL yang sudah luas, kita gak perlu khawatir, pasti akan nyambungterus. Nge-blog pun bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun kita mau. Jadi tunggu apalagi.? Yuuk Nge-blog pakai XL BlackBerry.


Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

Wednesday, January 2, 2008

Membangun Hubungan dengan Pelanggan

Tahun baru semangat baru. Nah sekarang saya ingin membahas topik mengenai “jualan”. Di dalam hidup kita ini, pasti pernah menjadi bagian dari proses “jualan. Entah sebagai penjual atau sebagai pembeli, tapi yang jelas, bukan sebagai barang yang diperjualbelikan tersebut he..he..:)

Kalau kita sebagai penjual, seringkali kegagalan kita dalam menjual atau menawarkan produk ataupun layanan kepada calon pelanggan tidak dikarenakan produk/layanan tersebut jelek atau tidak disukai oleh pelanggan tersebut, tetapi lebih banyak disebabkan karena gagalnya menjalin atau membangun relationship yang baik dengan pelanggan itu sendiri. Bahkan salah satu data penelitian menyebutkan bahwa 70% dari keberhasilan seorang sales tergantung dari keberhasilannya di dalam mengelola diri (self management) serta menjalin relationship dengan orang lain, baru yang 30% -nya karena kemampuan teknis yang dimilikinya. Ini artinya bagi para sales ataupun sales manager selalu dituntut untuk selalu “focus “ pada pelanggan/calon pelanggan.

Bahkan, Ted Levitt salah satu marketing guru di Harvard pernah mengatakan bahwa “ tujuan dari suatu kegiatan bisnis pada dasarnya adalah mendapatkan dan mempertahankan pelanggan dan ini ibarat sebuah perkawinan. Seberapa bagus perkawinan tersebut sangat tergantung dari bagaimana relationship yang ada diantara kedua belah pihak tersebut dapat dikelola dengan baik “

Sebagai seorang penjual/sales yang profesional, kita tidak sekedar menjual suatu produk saja (to sell) tetapi kita juga melayani (to serve) orang lain. Disini dituntut adanya suatu “kepercayaan” (trust). Pada saat dua pihak saling percaya dan akan melakukan suatu hubungan bisnis, maka tentunya kedua belah pihak tersebut akan saling berupaya untuk mewujudkan jalinan hubungan bisnis tersebut. Nah lalu apa saja hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai seorang sales untuk dapat membangun hubungan/relationship yang erat dengan pelanggan kita..? Berikut ini aku cuplikkan text aslinya mengenai beberapa saran yang disampaikan oleh Tom Reilly, seorang pakar dibidang pelatihan mengenai sales.

As a salesperson, there are a number of things you can do to build your relationship with your customer.

  • Listen more than you talk. You’ve been blessed with two ears and two eyes and only one mouth. God was telling you to watch and listen a lot more than you talk. The sweetest sound to the customer’s ears is his or her own voice, not yours.
  • Perform acts of consideration. Look for ways to demonstrate your concern for the customer. If the customer’s child does something significant and his or her name appears in the newspaper, send the customer an extra copy of it with a nice note. Send thank-you cards to let the customer know that you appreciate his or her business. It’s the little things that count.
  • Use entertainment to your advantage. One director of purchasing told me that he liked to use entertainment with salespeople to get an inside look at what the salesperson was really like. Going to a restaurant and watching how the salesperson treated servers told the buyer what he was really dealing with.
  • Offer preferential treatment for your top customers. Many companies establish customer loyalty programs for their frequent buyers. You may also rely on these “special” customers as an advisory council for your business. This treatment signals to customers that you value their input as well as the relationship.As a rookie salesman, a buyer told me that my job was to make him a hero. Everything I did in his account had the specific purpose of making him look good. The bargain he struck with me was that if I made him look good he would help me look good.
  • Fully immerse yourself in the buyer’s business. Become part of their culture. During the great flood of ’93, I saw salespeople fill sandbags with their customers before the flood hit and help customers clean up after the flood was over. That’s a sight your customers will never forget: Vendor salespeople standing over sand bags, sweaty and dirty, helping customers try to salvage their business.
  • Offer your customers business-building ideas. When you help them grow their businesses, you are part of their profit stream. This value added approach tells the customer that you are genuinely interested in their success and want to help them achieve as much success as they desire.
  • Deliver proactive customer service. Being proactive with customers means never having to say you’re sorry. Anticipate and act in advance of problems to nip them in the bud. The customer may never know that you fixed a problem before it affected them, but you know—you hear the inner applause.

Kalau temen-temen pengin tahu lebih banyak mengenai Tom Reilly, coba aja masuk ke www.tomreillytraining.com

Moga-moga artikel ini bisa bermanfaat bagi temen-temen semua.

Salam

HW

Thursday, December 27, 2007

Saya Belajar!

Bak gayung bersambut nih temen-temen, ada kiriman dari Pak Nizar, Senior VP di kantor aku mengenai refleksi akhir tahun. Judulnya sih singkat, "Saya Belajar". Tapi jangan ditanya, maknanya tuch dalem banget. Dan kebetulan ada sedikit benang merah, yang bisa dihubungkan dengan tulisan yang aku posting sebelumnya. Terutama di kalimat "saya belajar, bahwa keluarga saya adalah harta terbesar yang saya punya..

Supaya nggak penasaran, ini aku kasih cuplikan renungan dari beliau tersebut:
Tahun 2007 Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya.
Saya hanya dapat mencintai dengan tulus tanpa mengharapkan balasan
Saya belajar,
bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya
beberapa detik saja untuk menghancurkannya. ...
Saya belajar,
bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat,
justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta
orang yang begitu perhatian pada saya...
Saya belajar,
bahwa persahabatan sejati senantiasa terlihat baik disaat kita senang maupun disaat kita susah..
Saya belajar,
bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya
inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....saya hanya
belajar untuk tidak egois dan mengerti akan dirinya
Saya belajar,
bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai perasaan
saya....dan untuk itu saya harus rela memaafkannya. ..
Saya belajar,
bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain...kalau
tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus-menerus. ..
Saya belajar,
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus
bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan..
Saya belajar
bahwa dua manusia dapat melihat sesuatu, tapi kadang dari sudut
pandang & pengalaman yang berbeda. Saya harus menerima kenyataan ini
Saya belajar,
bahwa tidaklah penting apa yang saya ketahui tapi yang penting adalah bagaimana memberikan manfaat bagi orang lain.
Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh
proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati...
Saya belajar
bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan
emosi itu yang menguasai diri saya...
Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci
dan berlaku bengis thd orang tersebut
Saya belajar,
bahwa kata-kata dan janji manis tanpa tindakan adalah sesuatu yg merusak integritas dan kredibilitas saya
saya belajar,
bahwa saya harus belajar dari kesalahan yang pernah saya lakukan dan hidup
untuk masa depan, bukan terus-menerus melihat ke masa lampau..
saya belajar,
bahwa cinta itu memberi dan mengerti tanpa harus diberi dan dimengerti..
saya belajar,
bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita
butuhkan, dan kita harus berlapang dada menerimanya. .
saya belajar,
bahwa keluarga saya adalah harta terbesar yang saya punya..
saya belajar,
bahwa dengan berterima kasih pada Yang Maha Kuasa, maka Ia akan memberi
rahmat lebih banyak lagi..
saya belajar,

bahwa saya harus tidak boleh berhenti belajar dan mengembangkan diri..


Nah, gimana? renungan yang penuh makna, bukan? Tidak ada salahnya kita cerna dan coba kita terapkan. Walaupun tentunya tidak akan semudah mengeja deretan kalimat-kalimat diatas!

Tuesday, December 25, 2007

Satu Atap Dua Cinta

Satu Atap Dua Cinta. Ya, Satu ungkapan yang cukup menggelitik. ini memang merupakan judul salah satu tontonan sinetron di salah satu televise swasta TPI, yang ditayangkan di hari Selasa malam, (25/12) yang lalu. Awalnya aku tak tertarik dengan tontonan ini, karena aku berpikir bahwa pastilah acara ini gak beda jauh dengan tontonan sinetron lainnya.

Setelah pencet-pencet tombol remote, cari channel siaran yang bagus, kok ternyata acaranya nggak gitu bagus semua. Ya, sudahlah, akhirnya, iseng-iseng aku coba simak tontonan ‘satu atap dua cinta “ di TPI ini. Sinetron ini bercerita tentang romantika kehidupan pasangan suami istri dan anak-anaknya. Seperti umumnya tontonan sinetron Indonesia, pastilah tak lepas juga dari bumbu-bumbu adegan melankolis, pelukan, tangisan, rengekan bahkan tarian sambil nyanyi ( mungkin sinetron ini , niru film-film India juga kali ya..?).

Yang jelas, dari menyimak tontonan ini, saya ingin sedikit berbagi cerita dengan temen-teman semua, saya berharap kita semua dapat memetik hikmah dibaliknya. Bersyukurlah terhadap apa yang sudah kita terima! karena kebahagiaan tidak dapat diukur hanya dari materi semata. Keutuhan keluarga jauh lebih penting dari apapun juga.

Nah, pengin tahu ceritanya.? Berikut saya tuliskan cuplikan cerita tersebut.

Sang suami sebutlah namanya “Aryo” sebetulnya adalah tipikal suami yang setia, yang mencintai keluarga dengan sepenuh hatinya. Dia juga seorang pekerja kantoran yang pantang menyerah dan selalu berprinsip pada “kejujuran” dalam berusaha. Sementara si Istri, sebutlah “ Bella” adalah ibu rumah tangga biasa, yang tiap harinya berkutat dengan rutinitas pekerjaan rumah tangga. Sementara sang anak, masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sama seperti layaknya keluarga muda yang lain, tuntutan kebutuhan sehari-hari juga meningkat. Dan sebenarnya ini bukan hal yang serius bagi si suami, karena toh sebetulnya kebutuhan pokok sehari-hari keluarganya, sudah tercukupi dari dari penghasilannya sebagai seorang pegawai, meski terus terang, rumah masih ngontrak. Yang menjadi masalah adalah tuntutan sang istri. Tiap hari sang istri terus mencela sang suami, kenapa belum bisa beli rumah, kenapa belum bisa beli mobil? Sementara kok teman-teman yang lainnya sudah memiliki semuanya.

Sementara itu, sang boss-nya si suami, sebut aja pak Erwin, punya keponakan cewek cantik dan tajir abis, yang mo datang ke Jakarta dari Amerika.Namanya “Sinta”. Nah, si Aryo tuch akhirnya disuruh ama bossnya untuk jemput ponakannya ke bandara. Akhirnya berkenalanlah si Sinta dengan si Aryo. Kalau kenalan sekali, terus gak ketemu lagi, mungkin gak jadi masalah. Celakanya, si Sinta ternyata balik ke Jakarta, untuk bantuin pak Erwin, si omnya itu. Dan yang lebih celaka lagi, si Sinta ini ternyata “jatuh cinta” setengah mati sama si Aryo. Padahal si Aryo mah cuek-cuek aja. Bebek aja kalah cueknya. Dan Sinta pun terus berusaha dengan berbagai cara untuk memikat Aryo. Apalagi mereka berdua satu kantor.

Satu ketika, pas menjelang hari ultah perkawinan mereka, sang istri Bella berencana memberikan satu kado istimewa buat sang suami, si Aryo. Berbelanjalah dia di satu toko elektronik untuk beli walkman. Eh kok ya kebetulan banget, si Sinta juga lagi belanja kado untuk dikasihkan juga ke si Aryo. Namanya juga sinetron. ya nggak .:), si Sinta maunya juga beli walkman. Karena sang “sutradara” sinetron udah ngatur walkmannya cuma tinggal satu dan dah dibeli lagi ama Bella. Akhirnya si Sinta, yang ngeliat si Bella bawa walkman, mendekati dan nawar untuk beli balik walkman tersebut. Ditawarilah si Bella uang 5 Jt sebagai ganti walkman itu. Ngomong-omong walkman apaan ya harganya 5 jt gitu..:)

Nah, sama si Sinta, walkman itu dikasihkanlah ke si Aryo. Dan sepulang kantor, tanpa dilihat-lihat dulu, walkman itu di stel oleh Aryo berdua ama istrinya Bella. Alamak, celaka!, ternyata isinya pengakuan blak-blakan dari si Sinta , kalau dia tuch sangat mencintai Aryo dengan setulus hati. Marahlah si Bella sang istri. Dia tuduhlah sang suami telah selingkuh dengan Sinta.

Saking marahnya si Bella, ditemuilah si Sinta di satu tempat. Dia tanya apa maunya,? kenapa gangguin suaminya? dan kenapa harus suaminya? Sementara masih banyak laki-laki (jomblo..) lainnya?

Dengan enteng, si Sinta menjawab,” aku mencintai suamimu, dan ijinkan aku berbagi denganmu”. Alamak, emang kue kali ya. Bisa dibagi-bagi…J

Tentu saja, si Bella marah besar dan sangat sewot mendengar ucapan si Sinta. Bahkan saking sewotnya, si Sinta sempat dia tampar. Tapi anehnya, si Sinta tak marah sedikitpun walau ditampar oleh Bella. Dengan dingin dan cuek, malah Sinta nawarin “kompensasi 5 M “ untuk bisa berbagi dengan Bella. Bella diam aja, bisikan hatinya berkata “wah boleh juga nih tawaran”. Kapan lagi bisa kaya mendadak. Tapi kayaknya 5 M masih kurang. Sinta yang melihat perubahan raut muka Bella, segera menyahut lagi. OK, aku tambahin jadi 10 M, gimana? Dengan enteng Bella mengangguk, tanda menyetujui kesepakatan itu.

Yang kaget tentu saja, sang suami si Aryo. Aryo yang sudah sekuat tenaga berupaya menghindari dan menolak Sinta, kok tiba-tiba disuruh istrinya, untuk mengawini Sinta alias dikasih restu untuk “poligami”. Sebagai suami yang sangat sayang dengan keluarganya, tentu saja Aryo menolak. Dia merasa harga dirinya sebagai seorang kepala keluarga telah “digadaikan”. Tapi apa daya, sang istri terus mendesaknya, dengan alasan kebutuhan sekolah anak-anaknya yang terus meningkat dan tentu saja rumah tinggal yang sudah semakin mendesak. Apalagi ditambah dengan desakan mertua laki-lakinya ( yang juga mata duitan).

Akhirnya kawinlah Aryo dan Sinta. Mereka semua termasuk Bella dan kedua anak mereka, tinggal dalam satu rumah mewah, lengkap dengan berbagai perabotan modern, mobil, sopir dan tentu saja pembantu, yang semuanya itu dibiayai oleh Sinta. Sinta tinggal di lantai bawah, sementara Bella dan kedua anaknya tinggal di lantai atas. Sedangkan si Aryo, masih berupaya menunjukkan harga dirinya dengan tinggal di lantai atas dan berusaha menjaga jarak dengan Sinta, sekalipun dirinya sadar bahwa dia sudah dibeli oleh Sinta - yang sebenarnya sangat tulus mencintainya.

Dari hari ke hari , banyak sekali perubahan yang terjadi di rumah itu. Bella sibuk, dan sangat mabuk dengan kenikmatan harta yang baru diperoleh dari Sinta ini. Tiap hari pekerjaannya hanya kongkow dan ngurimpi dengan teman-temannya. Dan yang paling parah, dia mulai melupakan tugas utamanya sebagai seorang ibu dari dua anak, yang sedang membutuhkan perhatian. Dia mulai cuek dengan kedua anaknya. Sebaliknya, Sinta yang memang sejak awal tulus mencintai Aryo, berusaha dengan sabar meluluhkan hati Aryo, dengan perhatian dan kasih sayang, termasuk memberikan kasih sayang yang tulus bagi kedua anak-anak Aryo. Akhirnya lambat namun pasti, si Aryo mulai luluh dengan ketulusan dan kelembutan Sinta. Apalagi melihat kedekatan anak-anaknya dengan Sinta, yang semakin hari semakin rapat. Sebaliknya, Aryo juga semakin merasakan adanya jarak antara dirinya dengan istri pertamanya si Bella.

Lambat namun pasti, terjadi pergantian peran. Sinta yang awalnya hanya ibu tiri bagi kedua anak-anak Aryo, berubah seolah-olah menjadi ibu kandung. Sdebaliknya, Bella yang sebenarnya merupakan ibu kandung, justru terlihat seperti ibu tiri bagi kedua anaknya. Malang bagi Bella, kedua anak dan suaminya akhirnya justru semakin terlihat mesra dengan Sinta. Dan disitu, baru munculah kesadaran dari Bella, bahwa ternyata gelimangan harta yang dia nikmati tersebut, tidaklah sebanding dengan kebahagiaan untuk dapat selalu berkumpul dengan anak-anak dan suaminya, sebagaimana yang dulu pernah dia rasakan. Di situ, baru dia sadar bahwa ternyata dia telah membuat satu kekeliruan besar yaitu menggadaikan kebahagiaan keluarga hanya demi harta, supaya dapat hidup enak. Weleh-weleh..weleh… begitulah sinetron. Tapi aku yakin dan percaya, bahwa cerita seperti itu, bukan mustahil banyak terjadi di kota Jakarta ini dan mungkin juga di kota-kota besar lainnya. Gimana dengan pendapat teman-teman semua?

–HW-

Friday, May 25, 2007

Liburan Lebaran di Kraton Solo


Photo disamping ini adalah moment libur lebaran tahun 2006 yang lalu. Kebetulan perisitiwa itu merupakan kesempatan yang pertama bagi aku bisa pulang bareng-bareng dengan istriku Rina dan anakku Hafizh. Mudik bawa anak kecil ternyata tidak sesusah yang dibayangkan, bila kita punya perencanaan dan persiapan yang matang.Nah di libur lebaran itu, kita sempet jalan-jalan ke Kraton Solo, yang sebetulnya bagi aku bukan hal yang asing lagi.Tapi tentu lain halnya bagi istri dan anakku.